Sabtu, 05 Juni 2010

Asrama

Aku Imron, teman Robby. Aku menulis email ini karena temanku
Robby. Sebelum aku sampai pada maksudku ada baiknya kujelaskan
latar belakangku.
Nama lengkapku David Palangkay asli Menado. Imron pemberian
nama dari teman-teman seasrama. Nama itu untuk membedakan
dengan David dari Kendari, David Situmorang, dan David yang
akhirnya mendapat panggilan Tokek. Lebih baik Imron daripada
dipanggil Palang atau Kayu. Menurut mereka wajahku mirip
Imron, orang Pemalang yang baru saja lulus dan meninggalkan
asrama. Kulitku putih dan tinggiku 180 dengan badan cukup
besar dan kencang. Semula memang aku ingin masuk militer
tetapi dua kali ujian tidak lulus. Kalian tahu bagian mana?
Ya tepat, itu ujian saat seorang tentara diperiksa duburnya.
Ah sudahlah! Gagal di situ aku masuk sekolah guru pendidikan
jasmani sekarang ini.
Semenjak aku masuk, seperti mahasiswa luar pulau pada umumnya,
memilih tinggal di asrama.Senior sedaerah terakhir baru saja lulus
ketika aku masuk. Untung ada Dicky seorang mahasiswa teknik
seangkatanku. Kami langsung akrab dan tidak lama kami memulai
hubungan kami sebagai sesama jenis. Tentu saja ini tidak kami beritahukan
kepada siapapun hingga kami menemukan seorang yang punya perilaku
seperti kami, Robby.
Aku dan Dicky awalnya ragu dengan Robby. Hal itu terbukti ketika kami
gagal dengan proyek kami. Pernah aku sengaja tidak menutup kamar
mandi waktu kencing. Kupelorotkan celanaku hingga ke paha. Saat itu
Robby hendak mandi namun entah tidak tahu dia sama sekali tak terpengaruh.
Si Dicky juga pernah mendekati dengan cara merangkul tapi reaksinya tidak
seperti yang kami inginkan. Harapan muncul waktu kami makan siang di kantin.
Kami tambah akrab dan aku merasa, ah.. bisa juga nih!
Malamnya kami tidur bersama. Dicky punya usaha paling keras dengan
meminjam satu majalah gay pada Salon kenalannya. Kami mungkin akan
berhasil waktu itu andai saja aku bisa meredam nafsu sedikit saja. Tapi aku
tak tahan waktu Dicky membuka celana dan memamerkan kontol ngacengnya
itu. Baunya, hangatnya membuatku ingin merasakannya. Hingga terjadilah
cerita seperti yang pernah kalian baca di blog.
Kami berdua kecewa sekali karena Robby hanya memandangi dan tidak ikut.
Bagiku ada rasa puas tersendiri dipandangi saat kami sedang bermesra tetapi
tujuan kami Robby ikut. Setelah kejadian itu Robby jadi menghindar dari kami.
Baik di kampus maupun di asrama.
Belum lagi beberapa teman di blog menyalahkan Robby atas ketidaksiapan
Robby. Seharusnya ikut threesome saja. Ada teman juga kirim imel menolol
-tololkan Robby karena cuma bengong. Bahkan lebih keras lagi ada yang
mencaci-maki mengatakan kalau dia munafik dsb dsb. Dua info terakhir
aku tahu karena Robby sendiri yang foward imel-imel itu ke imelku.
Aku mau kasih masukan buat teman-teman. Jangan kalian menimpakan
semua ke Robby, kasihan! Coba kalau itu juga pertama kali buat kalian.
Pikirkan perasaannya. Shock yang dia alami. Lebih baik kalau kalian
memberikan solusi supaya Robby bisa kembali akrab dengan aku dan Dicky.
Siapa tahu aku bisa membuat cerita yang sama serunya dengan cerita-cerita
Robby.
Sebagai penutup himbauanku, aku mau cerita pengalaman pertamaku waktu
SMA. Mirip dengan yang Robby alami tapi berbeda tempat dan waktu kejadian.
Semasa SMU aku tumbuh sebagai remaja ganteng. Tidak kalah dengan Hengky
Kurniawan yang sedang naik daun dengan film 'Buruan Cium Gue' kala itu. Badanku
belum sebesar sekarang karena masa pertumbuhan. Kisah pertamaku adalah dengan
Tyo. Dia anak blasteran Swedia-Jawa. Di Menado dia hidup dengan ibunya saja.
Ayahnya menurut desas-desus meninggalkan ibunya semenjak dia masih dikandung.
Sekali waktu aku main ke Tyo dan aku menemukan majalah porno straigth.
Itu pertama kali aku melihat benar-benar majalah porno dan bukan seperti
Popular, Playboy Indonesia, atau koran merah yang sedang digugat sekelompok
orang. Kontolku langsung tegang habis, sampai sakit rasanya. Aku bingung
karena wajahku memerah menahan birahi. Ini ruginya punya kulit putih.
Tyo cuma senyum-senyum melihatku.
"Tegang Vid?" tangan Tyo mengarah ke selakanganku tapi tangkas kumenepis.
Tyo menghela nafas dan menurutnya wajahku kelihatan serius
sekali waktu itu. Ya, ada rasa takut dosa, ada rasa ingin tahu,
ada nikmat, ada malu, semua bertarung di dalam pikiranku.
Tiba-tiba saja Tyo membuka kaus singletnya. Lalu celana
panjang SMUnya dan ya... celana dalam. Kontolnya terpelangting.
Tegang dan besar sekali menurutku. Ini juga pertama kali aku
melihat sebayaku telanjang setelah melalui bertahun-tahun masa
puber. Pangkal kontol Tyo tumbuh rambut keriting yang lebat
berwarna hitam. Tubuhnya proporsional dan bagus sekali.
Tidak seperti aku yang kurus dan jangkung waktu itu.
Tyo mendekat duduk di sebelahku di atas kasurnya. Dia ikut
memandangi majalah itu bersamaku. Sesekali dia menunjuk
bagian majalah dan mengomentarinya. Tanganku jadi dingin
dan gemetar. Ada sekali waktu Tyo mengocok kontol tapi
tidak sampai keluar. Itu juga saat pertama aku mengenal
namanya onani.
Tanpa kusadari tangan kanan Tyo sudah di atas pahaku dan
sikunya sudah menyentuh kontolku. Rasanya nikmat sehingga kubiarkan.
"Enak Vid?" tanya Tyo sambil tersenyum.
Aku hanya membalas dengan senyuman aneh. Ini juga kata
Tyo karena aku tidak ingat reaksiku.
"Onani bareng yuk..." ajak Tyo.
Akupun mulai membiarkan tangan Tyo membuka busanaku
satu persatu. Akupun membiarkan saat Tyo memelorotkan
celana dalamku. Tak lama aku merasakan memeluk seseorang
dalam keadaan bugil. Tapi tak tahu selanjutnya harus bagaimana.
Entah dari mana tiba-tiba saja aku dikecam rasa takut dan bersalah.
Aku bangun dan kembali mengenakan pakaian. Aku ambil semua
barangku dan pergi meninggalkan Tyo dan majalah pornonya.
Ada rasa benci dan malu tapi ingin kepada Tyo.
Smenjak itu aku banyak melamun. Aku mulai melakukan onani
dengan fantasi lembar-lembar gambar yang tidak bisa menghilang
dari otakku. Perasaanku kacau dan aku tidak bisa konsentrasi
belajar. Entah rasa apa namanya aku tidak tahu. Aku menjauh
dari teman-teman pria terutama Tyo. Rasa dan pikiran kotor itu
berkurang kalau aku lelah joging atau berenang. Sejak itulah
aku jadi suka olah raga.
Olah raga mengembalikan konsentrasi belajarku. Malam-malamku
tidak terganggu lagi dengan bayang-bayang lelaki dan perempuan
yang bersanggama. Aku juga tidak terganggu lagi dengan
bayangan tubuh telanjang Tyo.
Terkadang ada rasa rindu untuk menemui Tyo. Semua itu tidak
kesampaian hingga Tyo pindah ke Jakarta dua bulan kemudian.
Akupun tidak tahu alamatnya hingga sekarang. Hingga akhirnya aku
bertemu dengan Kak Amat, orang jawa-arab yang membobol
pertahananku dan menyebankan aku gagal masuk tentara.

Curug

Curug Sewu Banyu ditempuh dua jam berjalan kaki. Menurut Heru jalan setapak lebih sepi dari biasa. Orang-orang desa tidak ke ladang dan kebanyakan berwisata ke kota atau ke tempat handai taulan di desa lain. Curug Sewu Banyu sendiri terletak jauh dari lokasi pemukiman desa. Bahkan ladang pertanian pun tiada di dekat Curug. Keadaannya begitu perawan.

Wow .. wow... wow... wow begitu berkali-kali aku terkagum. Air terjun itu alami dan sangat indah. Hampir mirip dengan wallpaper yang kupasang di monitorku. Tapi ini asli dan indah. Airnya banyak bahkan di tengah musim kemarau begini. Mungkin karena penggundulan hutan belum merambah mata airnya. Limpasan airnya membentuk butir-butir embun yang membiaskan warna-warna pelangi. Mungkin inilah tempat mandi bidadari dalam kisah Jaka Tarub.

Tanpa malu lagi Heru menelanjangi dirinya dan berlari mendekat ke air terjun. Suasananya jadi asri. Rasanya segar. Aku ikut menelanjangi diri dan bergabung dengan Heru berdiri dekat-dekat jarum-jarum air yang jatuh dari atas. Kolam di kaki kami hanya sedalam paha tidak bisa untuk menyembunyikan kontol kami. Tapi kami tidak berpikir ke sana. Kami membiarkan semuanya seperti wajarnya. Heru menyipratkan air segar itu ke tubuhku yang sudah basah. Aku membalasnya. Rasa riang menyelubungi kami. Kami tertawa terbahak dengan gembira. Kami bebas tanpa ada kehadiran orang lain satupun di situ.

Rasa janggal dimulai saat aku membenamkan diriku. Entah kenapa tiba-tiba kontolku menegang tanpa terkendali. Sh*t! Aku merasa tidak enak hati pada Heru. Namun justru sebaliknya Heru menangkap kejanggalan yang semakin nyata ini dan kami terdiam. Heru mendekatiku. Mataku tak bisa kutahan untuk tidak melirik bagian kemaluan Heru. Sh*t! milik Heru sudah mulai membesar.

"Her!..." kutahan dadanya supaya tubuhnya tidak lebih mendekat. Mata Heru tajam membuka kunci hatiku. Mulut Heru diam terkatup tapi matanya bicara banyak, 'Biarkanku memuaskanmu. Aku suka kamu. Aku ingin mencurahkan sayangku dan nafsuku ini untukmu'. Tatapan itu... membuat tangan yang menahan dada Heru berubah menarik punggung Heru untuk mendekat. Kami melakukan ciuman bibir yang sangat lama di bawah Curug Sewu Banyu. Momen ter*** (tak terdefinisi) selama aku hidup.

Sebentar saja tubuh depan kami sudah saling melekat. Merasakan hangatnya tubuh yang bersatu. Ya, masih di tengah desau air terjun Curug Sewu Banyu hanya kami berdua. Tangan bergerayang memijat punggung Heru yang kekar. Sementara Heru memelukku kencang sampai nafasku terasa sesak.

Aku masih ingat desah nafas kami. Pandangan kami. Seakan kami saling mencurah jiwa kami supaya dimengerti. Hasrat kami supaya dipuaskan. Segala keinginan kami untuk ditanggapi. Dengan ciuman yang panjang, elusan dan gesekan kontol, kami merasa semuanya lengkap. Kami saling mengerti, memahami, menerima, dan mampu melengkapi yang kurang pada kami. Ini bukan sekedar memuaskan nafsu sex tapi lebih jauh dari itu.

Tubuh bagian belakangku terasa dingin. Heru mengamitku untuk ke pinggir. Ah.. tapi saat kulirik kemaluan Heru masih merah berdenyut ke atas. Tanda dia masih ingin. Kontolku pun begitu. Kami berjalan beriring melompat bebatuan ke pinggir sungai. Dekat pakaian kami ada satu tempat yang landai dinaungi sebuah pohon besar yang tak kuketahui namanya.

Heru menghamparkan tikar dari dalam ranselnya. "Hei! Kamu sudah merencanakan ini semua ya?" tanyaku.

"Ah tidak juga. Hanya sekedar jaga-jaga." Heru tersenyum maniss sekali.

Dia mengerinkan tubuhnya dengan kibasan lalu berbaring di tikar. Aku melongo.

"Ayo kemarilah!" ajaknya.

Aku ragu, tapi tak tahan melihat Heru yang memainkan kontolnya sendiri memancingku. Aku duduk di sebelahnya. Heru menarik tanganku supaya menggenggam kontolnya. Segera akupun mulai mengocok kontol Heru. Ahhh! Heru melenguh keenakan. Matanya terpejam saat kupandang.

Tanpa mempedulikan bagaimana tanggapan Heru, kuhisap kontol itu. Ahh ini rasanya menghisap kontol pria seperti di film-film biru yang kadang kutonton. Ada rasa hangat, kulit bergelambiran, rasa yang aneh. Ah kalian yang belum pernah, coba rasain sendiri deh! Kuhisap kontol itu, kulirik kepala Heru yang dilempar ke kanan dan ke kiri. Tangannya mencoba menahan kepalaku supaya tidak menghisap. Tubuh Heru bergetar. Pantatnya ikut terangkat mungkin karena keenakan.

Tangan kananku yang menggerayang di dada Heru dipegang erat sehingga tak bergerak. Tangan kiriku terjepit di antara selakangan saat kurangsang lubang pantatnya. Satu-satunya jalan melepas keduanya adalah hisapan agak longgar dengan cepat. Slurrp! jlep! Sluurp jlep! begitu kira-kira bunyi yang membuat seluruh tubuh Heru kehilangan koordinasi. Tanganku bebas menjelajah lagi. Namun sejenak kemudian dia tersadar dan mulai bertahan lagi. Kulakukan oral lagi. Heru terlena. Saat jariku ke pantatnya dia tersadar dan bertahan lagi. Kejadian itu berlangsung berkali kali. Hingga akhirnya Heru mengerti dan membiarkan jariku menembus lobang pantatnya.

Heru pasrah menikmati tiap hisapan mulutku. Bibirnya digigit sendiri menahan nikmat birahi. Jemari kananku memainkan puting dan terkadang meremas dadanya. Jemari kiriku sibuk merangsang lubang dubur dan titik g spot di bawah bola-bola kemaluan. Setelah Heru mampu menyesuaikan diri dengan birahinya, dia juga tak mau kalah mengonani kontolku yang bebas tegang.

Sekarang ganti aku terkadang harus berhenti menghisap untuk mengendalikan birahi. Remasan dan kocokan Heru begitu pas, seperti mengocok sendiri saja. Terkadang tangan kiri Heru berhenti mengocok untuk memberi kesempatan pada ibu jarinya memutar-mutar titik pertemuan kepala dan batang kontol. Rasanya hmmm...

Setelah pipiku terasa agak pegal dan bibirku baal karena terus menerus mengisap, aku memberanikan diri berganti posisi menindih Heru. Kontol kami berdua kugenggam erat. Sebetulnya tak terlalu erat karena tak muat pada satu genggaman tangan. Kukocok kontol kami sambil kumaju mundurkan pantatku. Posisi tak stabil tapi sepertinya Heru senang karena dia tersenyum dan merengkuh tubuhku lebih mendekat ketubuhnya.
Kelamaan kontol Heru yang semula licin mulai mengering karena hembusan angin dan panas tubuh kami berdua. Sekarang gantian keringat di badan Heru dan badanku melicinkan badan kami. Kubiarkan kontol Heru menggosok perutku dan kontolku menggosok perut Heru. Licin dan hangat rasanya. Ada getaran-getaran enak di kepala kontolku. Tiap gesekan menghasilkan satu getaran sehingga tak ingin rasanya mengakhiri.
"Mau yang lebih enak Rob?" tanya Heru tiba-tiba.
"Apa?"
Heru mendorong tubuhku supaya ke pinggir. Dia sendiri lalu menungging.
"Ayo.." Heru mempersilahkan.
Aku mengerti lalu aku mendekatkan kontolku ke lubang duburnya. Aku mencoba memasukkannya. Terus terang ini pertama kali aku main anal. Biasanya paling cuma saling menggesek saja. Ah, ternyata tidak semudah tayangan di film biru. Lubang itu terasa keras dan sepertinya tidak mungkin dimasuki, apalagi oleh kontolku. Wajah Heru pun tampak kesakitan saat aku mencoba menembus lobang berkerut itu.
"Tak usahlah Her..." aku merasa kasihan
"Ayo coba terus, nanti pasti bisa." Heru memberi semangat.
Aku mencoba lagi. Memang tidak mudah. Kontolku kuludahi seperti di beberapa cerita yang pernah kubaca. Ujung kepala kontolku tepat kuletakkan di bagian pusat lubang lalu kutekan dengan perlahan. Heru menjerit tertahan. Kontolku pun terasa agak sakit terjepit. Aku berhenti sebentar untuk menahan sakitku. Lalu kulanjut lagi. Yah, paling tidak sekarang sudah separuh masuk. Masih menurut beberapa cerita, aku harus berhenti sebentar supaya lubang dubur Heru agak terbiasa.
Menyenangkan melihat punggung Heru yang memerah tercetak pola tikar. Keringat yang mengkilat di tengguknya. Bisep dan trisepnya yang nampak seksi karena posisi menunggingnya. Juga pantatnya yang berisi penuh sedang di tengahnya ada kontolku yang sudah masuk separuh.

Kutarik kontolku sedikit supaya tidak lepas dari lubang sempit itu. Waaa hh rasanya ... kumasukkan lagi, wuaahhh dua kali ahh! Kutarik lagi enak sekali rasanya.. kumasukkan lagi, dua kali enak sekali. Semakin sering semakin enak dan dalam waktu singkat rasanya mau orgasme. Rojokanku semakin cepat, Heru tampaknya sudah mulai menikmati. Sekarang bukan lagi separuh yang masuk melainkan sudah hampir semua. Aku senang dengan bentuk kontolku sendiri saat ditarik keluar dari pantat Heru. Tampak mengkilat dan kencang sedikit berurat.
"Her.. aku hampir nihh" kataku sedikit bergetar.
Heru tak menjawab. Dia menikmati setiap hempasan kontolku dalam duburnya.
"Her.. sekar....ahhhhh" tak sempat aku menyelesaikan pemberitahuanku. Maniku menyemprot kencang ke dalam perutnya. Kupeluk punggung Heru erat untuk menumpahkan segala kenikmatanku. Hampir semenit aku memeluknya. Lalu tangan kananku meraba bagian kontol Heru... Loh kontolnya sudah menyusut, ada cairan kental di ujungnya.
"Kau... kapan?" sambil tanganku sedikit mengocok kontolnya.
Heru merebah ke samping. Aku pun tetap menempel di punggungnya. Kontolku masih di dalam dubur Heru. Kepalanya menengok ke kepalaku. Dia tersenyum lalu menggigit lemah bibirku.
"Aku suka sekali sama kamu" senyumnya manis sekali.
Kami menyudahi permainan itu dengan mandi bersama di Curug Sewu Banyu sekali lagi. Kami mandi telanjang di bawah air terjun. Terkadang di selingi ciuman dan rangkulan. Tapi kami tidak melakukannya lagi.

Asep

Sepeninggal anak-anak Jakarta dan tantenya yang hot, Asep kembali ke kehidupan normal untuk beberapa minggu. Ya, hanya beberapa minggu. Sebab setelah itu rasa rindunya pada pengalaman entot mengentot tidak lagi bisa ditahan. Dia merasa rindu kembali berkumpul bersama Cindy, majikannya dan majikan bapaknya, juga kawan-kawannya.
"Pak, saya ingin mengadu nasib ke kota." suatu sore kalimat itu mengambang di langit desa di kawasan Puncak, Bogor.
Mang Harja menghisap rokoknya tanpa tergesa menjawab pertanyaan anak semata wayangnya itu. Kebiasaan di kampung mereka, umur 20 tahunan akan segera dikawinkan. Berat rasanya melepas Asep yang memang kasep (ganteng) ke kota, apalagi emak, ibu Asep.
"Sep, keinginanmu kok macam-macam. Ingat si Dudung anak Mang Karsa tidak? Setahun di Jakarta tidak ada kabar beritanya. Belum si Encus yang malah di penjara karena narkoba. Emak mah jadi ngeri. Mendingan di sini saja ya..." bujuk emak sambil menyandar di pintu.
Mang Harja sadar sedari kecil keinginan Asep sulit dilawan dan biasanya Mang Harjalah yang paling toleran.
"Iya Sep, coba dipikir lagi. Mungkin saran emak kamu itu ada benarnya. Kamu kan belum pernah kerja di luar kampung kita." kali ini Mang Harja mendukung istrinya.
***
Keinginan Asep tidak terbendung oleh kasih sayang kedua orang tuanya. Akhirnya Asep bekerja di keluarga Cindy sebagai tukang kebun, perawat binatang peliharaan dan juga cuci mobil yang jumlahnya ada 5 buah. Asep tiba di rumah Cindy tepat sehari sebelum keberangkatan Cidy ke Australia.
Awalnya Cindy kaget sekaligus senang dengan kedatangan Asep. Tapi sekaligus dia sangat kecewa karena besok mau tidak mau harus segera pergi ke Australia karena semua jadwal dan tiket sudah menunggu. Cindy disekolahkan di sana demi masa depannya.
Selewat jam 12 malam Cindy menyelinap ke kamar Asep yang bersebelahan dengan gudang belakang. Letaknya paling belakang dari rumah itu. Kamar itu kecil hanya 2,5 x 3 mtr dengan diterangi satu buah bohlam 15 watt di dalamnya. Sebelah luarnya agak gelap. Ini menguntungkan Cindy untuk mengintip Asep sebagai pelepas kangen pada si kontol besar itu.
Dengan mengenakan busana tidur yang tipis dan melambai. Tampak di dalamnya Cindy tidak mengenakan selembar pakaian dalampun. Cindy sangat yakin semua penghuni lain termasuk bik Sem sudah terlelap. Paling kalau masih bangun Darkim si satpam tua yang ompong di depan sana.
Jendela nako Asep belum tidak tertutup rapat. Di tempat tidur Asep telah terlelap dalam tidurnya. Rupanya hari ini Asep kelelahan sehingga dia tidur telentang dengan kaki tertekuk. Sarungnya tersingkap, Cindy membayangkan sesuatu yang diinginkannya di dalam sana. Jantung Cindy jadi berdebar. Tangan kirinya berpegangan pada bingkai pintu kamar Asep sedang tangan kanannya meraba daerah sensitifnya. Payaudaranya jadi kencang. Daerah kemaluannya jadi terasa basah. Nafasnya memburu dan dia tidak tahan lagi untuk tidak menerobos masuk kamar Asep dan menubruknya.
Cindy tahu kalau Asep masih takut mendekatinya. Kalau bukan karena orangtuanya pasti karena sungkan kepada Andre. Tapi baginya Andre adalah hanya teman seks yang paling asik dan paling sering. Entah bagaimana perasaan Andre kepadanya.
Asep tidur tak bergerak. Cindy mencoba memutar handel pintu yang berwarna coklat tua. Klek! Dicoba sekali lagi. Klek! Ternyata pintu Asep tertutup. Cindy tidak mau mengetuk, takut ada orang mendengar dan akhirnya rencananya berantakan. Klek! diputar sekali lagi lalu didorongnya ke dalam. Tetap tidak berhasil. Klek! Tiba-tiba pintu terbuka dan Cindy terdorong ke dalam. Langsung jatuh ke badan Asep yang waktu itu sedang membuka pintu.
Asep kaget ditambah dia sedang setengah sadar. Tubuh mereka berdebam di lantai kamar Asep. Sesaat mereka berpandangan, Cindy mencegah saat Asep hendak berdiri. Didekatkan bibirnya yang ranum lalu dilumatnya bibir Asep. Pemuda desa yang kekar itu sadar kalau perempuan itu sedang dikuasai birahi.
Tidak disia-siakannya. Tangan kekarnya memeluk Cindy dan mulai meremas bokong sintal di balik kain tipis itu. Bokong itu terasa sangat hangat. Sementara ciuman mereka tambah bernafsu, Asep menendang pintu supaya kembali tertutup. Lama sekali Cindy tak melepas bibir Asep. Kedudukan sudah tak penting lagi, hanya nafsu dan kepuasan yang ada di atas segalanya. Semakin jauh mereka merengkuh lautan kenikmatan untuk menuju pulau kepuasan yang sama sekali belum nampak di batas cakrawala.
Nafsu birahi Asep naik. Rasanya sudah bertahun-tahun dahaga kontolnya untuk mendapat memek Cindy. Tanpa paksaan lagi Cindy melepas semua pakaian bagian atasnya. Ciuman Asep berpindah dari mulut ke leher dan dari leher ke pentil payudara Cindy yang kemerahan. Lidahnya bermain membuat Cindy melenguh tertahan.
Sebentar saja mereka sudah dalam posisi pertama kali mereka bersanggama di Villa Cindy. Asep memangku Cindy. Sambil menikmati permainan lidah Asep, tangan kanan Cindy menggosokkan kontol Asep ke memeknya sendiri. Kontol Asep bertambah gemuk di tangan halus itu. Cindy merasa geli ketika pantatnya menyentuh jembut pangkal kontol. Sengaja permainan itu dibuat lama. cindy ingin menghapalnya sebagai kenangan nanti di Australia.
Bergantian dan tak bosan Asep mempermainkan kedua pentil yang makin kencang saja. Rasa gelinya sampai ke ubun-ubun. Cindy tak tahan lagi untuk tidak menikmati Asep. Cindy berbalik menyerang. Badannya yang halus dan kini mulai licin oleh keringat merayap ke bawah, ke kontol besar dan hitam. Pemuda itu sampai terpejam-pejam menikmati ciuman maut Cindy di dada perut lalu...
Dengan lincah kontol Asep dihisap dan dipermainkan. Cindy memang lihai, mungkin sudah dilatih Andre berkali-kali. Terkadang kontol itu masuk hampir 3/4nya tapi terkadang hanya kepalanya saja. Rasanya uuhhhh man! Pantat berkedut-kedut sedang nyawa naik turun ke surga dunia. Sedotan Cindy terbaik di dunia tetapi kali ini Asep berniat tidak ingin muncrat di sana. Waktu itu kesannya Cindy kurang suka.
Lima belas menit berlalu tanpa terasa. Saat sudah dekat dengan orgasme Asep mendorong Cindy hingga rebah di atas kasurnya. Kontolnya yang merah berkilat berdenyut-denyut dan tergoyang ke sana kemari. Seksi sekali!
Mulutnya langsung saja menuju ke memek Cindy dan dipermainkan dengan lidahnya. Asep mencari sebuah jendolan (klitoris) -yang kata teman-temannya yang sudah kawin- bisa membuat istri mereka melayang dan minta ngentot terus.
"YYahhh Seepphh ahh sephhh..." desis Cindy.
Cindy terus meracau dan kepalanya dilemparkan ke kanan dan kiri tak tahan nikmat. Setelah di dapat jendolan yang tersembunyi itu, Asep tidak bisa melanjutkan aksinya. Ini karena Cindy menekan belakang kepala Asep. Cindy orgasme. Asep meronta menarik kepalanya. Asep hampir mati kehabisan nafas andai Cindy tidak segera melepas pegangannya.
Asep tersenyum. Kakinya mengangkang dan berjalan di tas tubuh Cindy. Disorongkannya kontolnya ke mulut Cindy. Sekali lagi dia ingin menikmati hisapan nona cantik itu.
Cindy suka dengan kontol Asep. Dia suka bentuknya yang lebih besar dari milik Andre. Dia juga suka aromanya yang khas jantan lelaki. Kontol Asep memang beda dengan anak-anak basket teman Andre. Cindy pernah mengulum milik mereka satu persatu sewaktu ulang tahun di puncak kemarin. Sayang waktu itu Asep giliran terakhir dikulum. Sehingga mulut Cindy sudah kurang rasa. Tapi sekarang secara khusus dia menikmatinya. Kontol Asep lembut kulitnya, keras, hangat dan berdenyut di dalam rongga mulutnya.
Asep senang memandang Cindy keenakan menikmati keperkasaannya. Tanpa terasa dia ikut menggerakkan bokongnya maju mundur. Bibir Cindy monyong menyelimuti batang kontolnya. Asep tersenyum saat Cindy sesekali melirik kepadanya. Asyik sekali Asep menyanggamai mulut Cindy sampai beberapa tetes keringat menetes ke muka Cindy.
Pemuda itu merasa tidak enak. Dia mengambil sarungnya dan hendak mengelap mukanya. Cindy berdiri dan mengelap keringat Asep dengan rambutnya yang hitam. Diciumnya bibir Asep dengan lembut lalu ditempelkan pipi halus itu di dada Asep yang bidang. Asep memeluk sayang.
"Sep, kenapa baru datang sekarang?" tanya Cindy dengan nada sesal.
Asep diam tak bisa menjawab.
"Aku besok harus pergi. Dan lama baru pulang. Maukah kamu bertahan kerja di sini? Aku ingin menikmati tubuhmu terus. Kontolmu bikin aku kangen." kata Cindy manja.
"Saya juga suka memek neng Cindy." kata Asep ragu.
"Ah kamu..." kata Cindy mencubit dada Asep lembut.
"Eh.. sakit Non. Saya balas ya..."
Cindy mencoba lepas dari pelukan Asep karena takut payudaranya dicubit. Dia meronta sambil terkekeh-kekeh. Mereka bergumul. Sampai Asep akhirnya meniduri Cindy. Kontol Asep yang masih tegang menempel di antara belahan memek Cindy. Jembut mereka menyatu. Meski badan Asep besar, namun Cindy menikmati beban mesra.
"Non, boleh tidak kalau saya jadi kekasih non..." kata Asep lebih berani.
"Boleh... tapi kekasih gelap aja yah.. habis badan kamu kan gelap. Ha ha ha..." Cindy menanggapi remeh perasaan Asep.
"Kontolnya saya masukin sekarang non?" tanya Asep lugu.
Cindy gemas mencium pipi Asep. Sementara Asep meraih kontol gemuknya. Kepala kontol itu diusap-usapkan ke belahan memek Cindy yang merah. Lalu dengan desakan pelan, kepala kontol itu menghilang di antara belahan basah itu. Sleeep.. perlahan tapi pasti separo batang kontol Asep menghilang di dalam memek Cindy.
Asep berhenti menikmati kehangatan liang sanggama itu. Hangat basah dan berdenyut meremas kontol Asep dengan pasti. Naluri alam membuat pantat Asep bergerak maju dan memundurkan kedudukan kontol di antara memek itu. Nikmat rasanya...
Genjotan demi genjotan bagai dayung-dayung yang membawa mereka menuju pulau orgasme. Semakin dekat dan semakin dekat. Payudara Cindy bergoncang-goncang. Matanya terpejam menikmati setiap hentakan yang Asep berikan. Batang kontol Asep mengaduk-aduk liang kenikmatan dengan liar. Membuat Cindy terbang ke awan-awan.
"Sepphh enak Sepp... terus Sepp... hh..." lenguh Cindy.
"Bereshh non hhh hhh... " jawab Asep.
Tangan Asep sempat memainkan payudara Cindy yang montok itu. Sementara hentakan-hentakan pantatnya makin keras membawa kontolnya masuk makin dalam.
Pulau orgasme telah mendekat. Pasangan Asep Cindy ingin sekali segera mendarat di sana.
"Terus Sepp... hhh!" sepertinya Cindy sudah sangat dekat dengan orgasme.
Asep menyelipkan telunjuk ke memek Cindy. Dia mengobok-obok klitoris Cindy sehingga mempercepat orgasme. Plop! Kontolnya dicabut sesaat sebelum muncrat. Dua jarinya sekarang masuk. Cindy mengejang orgasme untuk kedua kalinya.
"Seppphhh enakkk sephhh...." Cindy merintih bergetar keenakan.
Sementar itu kontol Asep yang mengacung tegak mengkilat karena cairan memek Cindy. Asep sengaja tidak muncrat dahulu dia ingin Cindy terkenang dengan permainannya malam ini. Dia ingin Cindy merindukannya selama di Australi nanti. Dia ingin Cindy memohon-mohon untuk dientoti terus menerus.
Cindy tergeletak lemas dan puas di atas ranjang Asep yang sempit dan agak keras. Tapi kenikmatan yang diperolehnya membuat serasa tidur di atas awan-awan. Asep tiduran di sampingnya memberikan ciuman- ciuman mesra dan romantis.
"Non, saya tidak ingin non melupakan saya sewaktu di luar negeri nanti." pinta Asep.
"Ah Asep..." Cindy mencium pipi Asep yang kasar dengan bulu berewoknya yang tumbuh sedikit.
Punggung Asep yang berotot dibelai sayang. Dia tidak mau menjawab jujur tapi juga tidak mau berbohong. Asep tidak satu level dengannya untuk dijadikan seorang suami. Tapi dia juga tidak mau Asep pergi jauh darinya. Sekedar kekasih gelap masih mungkin tapi sepertinya Asep mengharap lebih dari itu.
Untuk mengalihkan pembicaraan, Cindy meraih kontol Asep yang masih keras dan licin. Dikocoknya kontol itu. Tapi tak beberapa lama Asep menahannya.
"Jangan non. Saya ingin menikmati pantat non." kata Asep berani.
Cindy agak kaget. Tapi beberapa kali menerima kontol Andre, Cindy jadi terbiasa. Mungkin kontol Asep yang besar bisa memberi kenikmatan lebih.
Cindy siap untuk posisi menungging ketika sekali lagi Asep melarang.
"Non santai saja. Biar saya melayani non. Biar non nikmat." seraya sambil memberi kecupan di kening.
Malam ini Cindy merasa sangat tersanjung. Seromantis-romantisnya Andre ternyata masih kalah dengan Asep yang lugu dan tulus. Cindy merasa bagaikan ratu lebah yang dientotin seribu pejantan tangguh. Ya malam ini Cindy merasa dirinya jadi ratu bukan jadi obyek kepuasan seperti biasanya.
Dari kening Asep menggeserkan bibirnya ke hidung lalu berhenti saat bibir mereka bertemu. Cindy bersiap melumat bibir Asep saat bibir itu kembali turun ke dagu. Leher. Dada. Payudara Cindy mendapat kecupan masing-masing satu. Perut. Satu kecupan lagi tepat di pusar membuat Cindy kegelian. Lalu turun perlahan dan berbelok ke paha Cindy. Satu kecupan untuk paha kanan dan paha kiri. Asep mengangkat kaki kiri Cindy. Ciumannya turun ke lutut lalu ke telapaknya. Tiga ciuman mendarat di sana. Cindy menggelinjang keenakan.
Lalu pindah ke telapak kaki kanan. Sekarang kaki kanan Cindy di angkat lalu ciumannya bergeser ke lutut lalu ke paha kanan.
"Hmmm enak .. Sepp" bisik Cindy.
Di atas memek Cindy lidahnya beraksi menjilati cairan lengket hinggar bersih. Cindy merasa melayang sampai meremas-remas payudara sendiri. Lalu tangan kirinya berpindah mengelus kepala Asep yang kini ada di antara selakangannya.
Sementara lidah Asep kembali merangsang jendolan Cindy, telunjuk yang telah dibasahi sedang mencoba menembus lubang dubur gadis SMU Dwiwarna itu. Dalam waktu singkat tiga jari Asep bisa keluar masuk dengan bebas. Cindy sudah biasa dibool Andre dan mungkin juga beberapa lelaki lain yang tidak akan diakuinya dihadapan Asep atau Andre.
Pantat Cindy kini diletakkan di pinggir ranjang. Asep turun dari tempat tidur dan mulai penetrasi ke lubang pembuangan Cindy. Jlep! Tidak terlalu mudah memasukinya meskipun Cindy sudah santai dan mengendurkan otot duburnya. Mungkin karena peralatan Asep yang terlalu besar atau terlalu diburu nafsu.
Setelah percobaan kesekian kali, akhirnya... Diiringi gigitan di bibir Cindy sendiri kepala kontol Asep masuk juga. Lebih sempit dari pada memek Cindy yang sudah dimasuki puluhan kontol. Tanpa Asep menggerakkan pantatnya, serasa sudah mau orgasme saja. Maka Asep melakukan peredaman. Ditidurkannya badannya yang kekar di atas tubuh Cindy sambil menahan supaya tidak segera orgasme.
Pemandangan yang kontras. Kulit Cindy putih bersih dengan badan yang langsing dan indah. Sementara di atasnya badan Asep yang kekar dengan otot yang menonjol dan berkilat oleh keringat.
Asep kembali menegakan badannya di pinggir ranjang dengan kontol tetap menancap di lubang belakang Cindy. Setelah mencoba berkonsentrasi, kembali telunjuknya merangsang klitoris Cindy. Tangan kirinya mencoba meraih payudara Cindy untuk diremas. Cindy milik Asep malam ini.
"Terussshh Sep!" rintih Cindy.
Asep terangsang dengan rintihan manja itu. Kontolnya dikeluarkan separo lalu dimasukkan kembali. Wuuhhh sensasinya lain. Sama sekali berbeda saat kontol berada di dalam memek. Cindy yang mendapat rangsangan di ketiga titik siap menuju ke orgasme ketiga. Ah, Asep memang lihai ngeseks. Mungkin dia dapat pengalaman dari cowok- cowok basket dan Andre sewaktu di puncak kemarin, pikir Cindy. Ya seperti sudah kita baca, Asep memang dapat pengalaman tapi di bidang lain.
Asep menggenjot pelan mengimbangi datangnya orgasme Cindy. Dia tidak mau ngecrot sebelum Cindy orgasme.
"Sepphh hampir Sephh. Kamu memang jantan hhh ahhh ahhh.." racau Cindy.
Muka Cindy memerah dan minta jari Asep lebih dalam lagi. Asep tahu ini tanda-tanda hendak orgasme. Dicabutnya kontol yang sudah sangat pegal ingin muncrat dan dialihkannya ke memek Cindy dengan cepat. Telunjuk dan kontolnya keluar masuk dengan bergantian.
"Nonhhh saya juga hampir nonhh... dilepas di luar apa dalam Hhh hhh...?" Asep sempat bertanya takut Cindy komplain lagi.
"Dalam saja Sephhh..." Cindy tak kuat menahan nafsunya.
Asep mempercepat rojokannya. Telunjuknya sudah keluar. Tinggal kontolnya saja yang bekerja keras. Tak hanya separo yang masuk tapi hampir mentok semua masuk ke memek Cindy.
"Non sa... ahhhh..."Asep tidak sempat menyelesaikan kalimatnya.
Mereka berdua menabrak pulau orgasme yang telah sekian lama dicari. Mereka masih jauh berada dalam rengkuhan masuk sampai ke pusat pulau. Mendapat harta terpendam tak ternilai kepuasannya.
***
Jam 5 pagi Cindy berangkat ke Bandara. Asep sempat melambaikan tangan untuk terakhir kali. Semua pembantu mendapat bonus uang dari Cindy, termasuk Asep.
Kerlingan mata Cindy menjadi kenangan terakhir karena masih lama lagi Asep bisa merasakan memek Cindy lagi. Selamat jalan Cindy. Semoga kamu sukses di negeri kangguru!

Bali Ku

Di atas pasir putih itu Marco dan Rendy berbaring berdua. Mereka berjemur menikmati hangatnya matahari. Seperti turis manca, mereka juga mengenakan tabir surya di sekujur tubuh telanjang yang hanya tertutup selembar cawat. Tubuh putih yang biasa terkena AC kini terpanggang sempurna disengat sinar yang membuat melanin bekerja memproduksi warna gelap.
Sesudah bagian depan terasa lembab berkeringat, Marco membalikkan badan. Pasir menempel di bagian punggung hingga betis. Rendy terusik gerakan Marco menengok. Sigap dia duduk lalu membersihkan pasir di punggung Marco. Tak sadar kalau di tubuhnya juga banyak. Pasir itu bandel menempel namun dengan sabar Rendy mengenyahkan. Marco tenang saja menikmati.
"Kok pantat gw dilewati?" tanya Marco tiba-tiba.
"Emang ngapain bersihin pantat lo yang bau? Klo butuh cebok ke WC aja!" kata Rendy sewot.
Marco mengambil posisi duduk di sebelah Rendy.
"Punggung lo sendiri banyak pasir... sudah hadap sana!" ujar Marco.
Rendy memberikan punggung.
"Eh eh ... lihat arah jam 11. Ada bule lagi ganti celana." kata Marco seraya menepuk punggung Rendy.
Bola mata Rendy melirik ke arah kiri sedikit. Jarak dari mereka tidak sampai 10 meter. Seorang bule berumur tiga puluhan melepas celana renang yang basah tanpa risih. Segera saja kontolnya yang lemas tapi besar itu menggantung di selakangan. Jembutnya juga berwarna pirang dan keriting menghiasi sekitar kontol tak bersunat. Kontolnya biasa saja tak seperti koleksi gambar yang sering Marco ambil dari internet. Beberapa detik kemudian bule itu mengambil celana bermuda dan mengenakan tanpa celana dalam. Dipungutnya handuk hotel putih yang tergeletak di bangku jemur dan berlalu. Agak kecewa karena pemandangan berakhir tapi ini merupakan pengalaman tersendiri dalam hidup Marco dan mungkin Rendy.
"Hayooo horni ya..." kata Marco yang mencoba menyenggol kontol Rendy tapi dengan sigap ditepis tangan bak seorang pesilat.
"Udah ah! Yuk kita keliling pantai sambil liat toket gelantungan aja!" ajak Randy sambil berdiri siap untuk berangkat.
"Eh punggung lo....." suara Marco lenyap ditelan suara ombak yang berdebur kencang.
"Kejaar gw ...bissa..." suara Rendy yang sudah berlari juga sebagian hilang.
Mau tak mau Marco mengejarnya.
***
Hubungan Marco dan Rendy adalah sepupu. Mereka sudah sangat akrab sedari kecil. Main, makan, tidur, nonton, game, bahkan mandi pun sering bersama. Seperti saat ini Keluarga Marco yang pergi ke Bali dan Rendy pun diajak. Lagian Rendy dan Marco sudah sama-sama lulus kuliah. Jadi pasti tidak merepotkan. Paling-paling anggaran makan dan tidur yang jadi membengkak karena mereka perlu porsi makan besar dan kamar tersendiri.
Semenjak remaja mereka pun berbagi banyak kisah tentang cewek, tentang gambar di internet, tentang majalah plaboy edisi Amerika, tentang vcd porno, tentang yang membuat horni, dan juga tentang onani. Tak ada rahasia lelaki di antara mereka berdua. Meski begitu mereka tak melangkah telalu jauh untuk melakukan hubungan ... bahkan untuk onani bersama. Itu jauh dari angan. Rendy menganggap Marco normal. Begitu pula sebaliknya.
"Ko.. lo sms siapa sih?" ingin tahu Rendy muncul juga.
"Ada deehhh... temen chat gue."
... TAU GAK DI SEBELAH GW ADA OM-OM LG TLJG MND DI KALI. TP SDH TW 0_0 .....
"Oo," ujar Rendy datar.
Setelah dari pantai Pasir Putih Dream Land, mereka menuju Ubud. Tujuan mereka adalah museum Antonio Blanco.
"Siapa sih temen lo sms terus?" Rendy merasa terganggu.
Mobil memasuki jalan menanjak ke lokasi museum pelukis dunia yang terkenal itu. Mereka melihat langsung bengkel tempat lahirnya karya-karya maestro yang sekarang bernilai tinggi. Sebelum gelap mereka meninggalkan tempat tersebut. Tujuan berikut adalah desa ubud untuk makan dan menyaksikan pertunjukan tari kecak jam 8 malam.
***
Ahhh akhirnya masuk hotel di Kuta lagi....
"Lo dulu aja de yang mandi," kata Rendy sambil membereskan pakaian.
Mereka harus check out besok untuk pulang dengan pesawat jam 10 pagi. Suara debur air terdengar lebih keras dari biasanya. Mungkin Marco lupa menutup pintu kamar mandi, pikir Rendy. Tapi tak dihiraukannya.
"Dah sana gantian," sebentar Marco keluar dengan handuk putih menutupi kontolnya.
Rendy masuk ke kamar mandi. Padahal Marco mengharapkan dijahili Rendy. Dipegang atau dicolek kontolnya. Dalam skenario Marco akan menjatuhkan handuk putihnya dan kelihatan kontol ngaceng yang besar. Sesudah itu.... ah sudah lah! Semua tak terjadi.
***
Marco tiduran hendak melampiaskan nafsu. Tubuhnya masih hanya mengenakan handuk putih. Handuk putih dibuka. Marco telanjang bulat tanpa selembar benang di atas kasur King size hotel yang empuk. Badannya diraba-raba sendiri. Lalu kontolnya dielus-elus. Ada kenikmatan sendiri.
Sssshhhh ... rintih Marco meraba-raba dada, perut dan selakangannya.
Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka. Rendy keluar mengenakan handuk putih. Lalu mendekat ke kasur juga.
"Lagi horni lo?" tanyanya singkat.
"Iya neh... emang lo gak horni liat pemandangan seharian di sini?" pancing Marco.
"Iya juga sih.."
"Klo gitu onani bareng aja, yuk!" ajak Marco cepat
Rendy berpikir.
"Kita adu. Siapa paling lama ngecrot dia yang menang," sambung Rendy.
"Setuju!" kata Marco girang.
Rendy membuka handuk putih dan telanjang di samping Marco. Kontol Rendy masih lemas. Rendy menggengggam kontol dan mulai mengelelusnya ringan. Sekejap saja batangnya mulai berdiri. Ketika membuka mata dilihatnya Marco sedang memelototi.
"Hayoo mulai. Kenapa cuma ngeliat gue?!" perintah Rendy sebagai tanda start lomba ngocok.
Dua pemuda seumur mulai menikmati masturbasi di kontol masing-masing. Rendy mengocok dengan mata terpejam dan lebih lambat. Sedang Marco sedikit lebih berisik.
"Hmmm ffff... sshhh henak nih!" lenguh Marco memancing Rendy.
Rendy tetap diam dan mengocok dengan irama tetap.
Marco memejam mata menikmati bayangan Rendy saja. Ia takut kalau dia diketahui ingin memeluk atau bahkan menginginkan kontol Marco yang sedang berdenyut memerah itu. Entah apa yang ada dalam imajinasi Rendy perlahan tapi pasti dia menikmati setiap hentakan.
Marco membayangkan kalau Rendy segera meraih kontolnya dan memasturbasinya. Pasti enak sekali.
"Ooohhhh hmmmm...." erang Marco dipelankan.
Marco menghentikan kocokan karena pejuh yang hampir muncrat.
"Heyyy jangan berhenti! Curang!" ujar Rendy melirik Marco sambil tetap mengocok.
"Iya ... iya ini gue kocok lagi!" kata Marco memulai mengocok kontol lagi.
Kali ini iramaya lebih pelan. Maksudnya biar tidak terlalu cepat orgasme. Komtol Rendy masih bertahan dan tidak ada tanda-tanda akan orgasme.
Sialan! Pikir Marco. Bisa kalah nih...
Sering mereka beronani bersama kalau sedang menonton VCD porno bersama. Tetapi selama ini belum pernah sedekat ini. Jarak mereka tidak lebih dari 90 cm. Kontol Marco terlihat jelas bagi Rendy. Selama ini dia juga tidak pernah memperhatikan seberapa besar dan seberapa panjang kontol sepupunya itu bisa ngaceng. Kali ini lebih jelas.
"Sssshhh aahhh gue dah gak tahan nih..." Marco memberti tanda-tanda akan menyerah.
"Iiiyahh gue juga hampir hfff..." tiba-tiba saja Rendy menimpali.
Kocokan keduanya tambah cepat. Dan crottt.... crotttt disusul yang lain crottt mereka berlomba menyemprot cairan putih ke badan masing masing. Lalu keduanya terkulai lemas.
"Siapa duluan?" tanya Marco cepat melihat pejuh putih Rendy hingga ke dada.
"Lo duluan!" ujar Rendy memelototi ujung kontol Marco yang masih menumpahkan leleran pejuh
Pejuh Marco lebih banyak dan kental tumpah di atas pusar dan ke pusar. Mani Rendy muncrat ke dada dan warnanya lebih bening. Rupanya Rendy sudah lama tidak menumpahkannya.
"Eeee enak aja lo duluan tuh!" timpal Marco lagi.
"Lo duluan gue lihat kok! Atau gue cabut kontol lo..." Rendy dengan sigap meraih kontol Marco.
Marco meronta dengan reflek. Tapi kontolnya sudah digenggam Rendy.
"Iya iya iya... lepasin dong!" kata Marco menjerit mengaku kalah.
Lalu mereka saling menatap. Masih dalam keadaan telanjang. Tiba-tiba berdua membalik dan duduk di tepi ranjang saling membelakangi. Masing meraih handuk putih dan membersihkan badan dari pejuh mereka. Masih dalam diam.
"Ko..."
"Ren..." mereka berdua berkata hampir bersamaan.
"Gue ke kamar mandi dulu," kata Rendy meninggalkan Marco.
Lama sekali air tetap menyala. Marco mulai mengantuk. Dia memakai pakaian dan masuk ke dalam selimut putih.
***
Mereka baru bertegur sama lagi sesaat sebelum meninggalkan kamar.
"Ko..., gue harap yang semalam jadi rahasia kita berdua saja seumur hidup ya..." kata Rendy serius.
Marco mengangguk mengiyakan. Mereka berpelukan seperti baru saja berdamai dari pertengkaran masa kecil dulu.
Mereka akhirnya meninggalkan kenangan biru itu di Bali.

Kawin

Acara pernikahan Rendy berjalan dengan lancar, pasangan pengantin baru Rendy dan Tania juga telah berangkat berbulan madu begitu acara resepsi selesei siang tadi, saudara-saudara yang beberapa hari belakangan berkumpul di rumah Rendy untuk membantu dan memberi dukungan juga sudah pulang seusai acara, tapi di rumah Rendy dan Andre masih nampak tersisa kesibukannya. Mulai dari menata kembali perabotan rumah yang harus disingkirkan sementara ke gudang sehingga rumah menjadi lebih lapang, menyesuaikan buku hadir dengan list undangan sehingga mereka tahu siapa saja yang menghadiri pernikahan dan tidak, menata kado di kamar pengantin hingga ke hal-hal kecil lainnya.

Tak perlu diangkat di sini apa yang Andre dan Tania lakukan dalam bulan madu mereka di Bali dan Lombok, yang pasti sepasang pengantin baru ini tengah bahagia bermesraan dan bercinta. Setelah tadi mereka melakukan atau lebih tepatnya mencuri-curi waktu untuk siang pertama (berujung nanggung karena gangguan yang menghadang perjalanan mereka mencapai puncak awang-awang) pastinya mereka melanjutkannya dengan malam pertama. Saat first dance mereka yang diiringi lagu “At Last” by Beyonce (terinspirasi first dance Obama-Michelle) di pesta pernikahan tadi siang Tania sempat berbisik “Celana dalamku gak sempat kepake Pa…” di telinga Rendy, tak mau kalah akhirnya dibalas Rendy dengan bisikan “Celana dalamku sengaja gak kupakai Ma…” saat ada di dalam mobil yang mengantar mereka ke bandara untuk melanjutkan perjalanan dengan pesawat Jakarta-Bali, saling memancing birahi dengan kata-kata dan belaian membuat mereka terus-terusan panas hingga akhirnya mereka tuntaskan saat malam pertama setelah makan malam romantis di tepi pantai Nusa Dua.

Sedang asiknya 2 manusia yang belum genap sehari mengucapkan janji nikah memadu cinta di Bali sana, di Jakarta 2 ABG tanggung tengah melepas lelah di dalam kamar. Keluarga Thomas memang merencanakan tidak langsung pulang ke Surabaya begitu acara pernikahan ponakan mereka usai yang berarti Andre masih beberapa malam lagi berbagi kamar dengan Thomas sepupu seusianya yang memang sudah tinggal di dalam kamarnya sejak seminggu yang lalu. Mungkin tak ada masalah bagi Thomas dan sebenarnya juga tak ada masalah bagi Andre hingga ada sesuatu yang mengganggu sejak suatu siang kemarin lusa, melalui lubang intip (lokasi andalannya) dia menemukan Rendy dan Thomas, kakak kandung dan sepupunya tengah bergumul di dalam kamar Rendy yang berbentuk paviliun. Andre juga tak bisa mengerti entah kenapa sejak saat itu dia jadi suka curi-curi memandang sepupunya, sosok Thomas yang sebelumnya biasa-biasa saja seolah memuat daya magnetik yang selalu menarik mata dia, dibalik pancaran keluguan yang terpancar dari wajah manis khas anak baik-baik berbadan langsing namun bisa dikatakan atletis untuk seusianya ternyata tersimpan keliaran yang perkasa yang sering membayangi Andre membuat darahnya berdesir tak jelas dan kelelakiannya konak nganggur. Gilanya melalui area intip yang sama, lagi-lagi Andre menemukan mereka dengan liar ngentot di kamar pengantin beberapa menit menjelang upacara pernikahan di gereja.

“Lo tadi bantuin mas Rendy lama banget sih Thom, emang mas Ren minta dibantui apa aja?” tanya Andre sambil terus memencet-mencet keyboard pc nya.

“Mmmm… Tadi pagi yah? Bantuin make jas aja..” jawab Thomas agak terbata, dia baru saja kelar mencuci muka dan menggosok gigi, ritual wajibnya sebelum tidur, beberapa bercak air nampak membasahi kaos tanpa lengan yang dipakainya.

“Haha… Kayak anak kecil aja tuh mas Rendy, make jas aja lama banget, mang ribet yah?” Andre geli mendengar alasan Thomas yang sekarang sudah melompat ke atas ranjang dan memencet-mencet remote mengganti chanel tv.

“Yaaa… Iya juga.. Ribet, namanya juga jas pengantin… Belum lagi dasinya, rompinya, sarung tangan, sepatu juga, di jasnya kan ada bunganya. Ribet banget kan…” jawab Thomas berusaha meyakinkan sepupunya, Andre sesekali membaca buku diktat yang terbuka di sebelah kanan keyboardnya kemudian melanjutkan mengetik.

“Iya juga yah… Palagi pasti dia grogi banget mo nikah, makanya pas keluar kamar tadi sampe kemejanya kek basah gitu, kok bisa yah tadi keringetan gitu Thom?” pancing Andre sambil manggut-manggut pura-pura percaya dengan jawaban Thomas.

“Iya. Keringetan gitu saking groginya… Lucu yah… Hehe…” tertawa garing.

Padahal sekarang Thomas yang jadi grogi ditanya-tanya Andre yang lebih berasa menyelidik, dan saat Andre tak melihatnya, Thomas ganti menyelidik Andre yang duduk di depan meja pc. Ada yang berbeda dengan sepupunya malam ini, biasanya Andre selalu mengenakan kaos tanpa lengan saat tidur (setidaknya itu yang dia lihat selama 5 hari terakhir saat dia tidur sekamar dengan Andre selama keluarga mereka datang dari Surabaya dalam rangka membantu dan menghadiri pernikahan Rendy kakak sepupunya yang juga kakak kandung Andre), tapi malam ini Andre tanpa atasan membiarkan udara dingin AC langsung menerpa kulitnya yang bersih, tubuh Andre memang tak atletis tapi begitu padat dan menggairahkan, Thomas bisa melihat bulu-bulu hitam nampak tumbuh di ketiak Andre karena Andre tengah sedikit membuka lengannya saat sedang mengetik. Andre juga hanya mengenakan bokser longgar yang begitu pendek memamerkan pahanya yang kokoh saat dia mengangkat kaki kiri di atas kursinya. Memang beberapa kali Thomas melihat Andre tidur dengan bokser tapi hanya bokser cukup panjang seperti yang biasa dikenakan anak skater.

“Di dalam kamar dia kan ada AC Thom. Lagian napa juga ga dilepas dulu jasnya, kan bisa dipake pas mau berangkat aja?” Andre pura-pura serius menatap monitor pc di depannya, padahal bayangan kejadian dalam kamar pengantin kakaknya tadi pagi lebih membayang di matanya ketimbang tugas sekolah yang sedang dia kerjakan.

“Dilepas kok, celananya, biar kontolnya bisa dimainin” jawab Thomas dalam hati, tapi yang terlontar dari mulutnya…
“Gak sempetlah, ntar malah ribet lagi Ndre.” Thomas pura-pura serius menikmati tayangan sinetron yang sebenarnya gak penting banget, tapi mau gimana lagi kalau memang semua chanel sudah dirajai sinetron dan sejenisnya, terlebih dia membutuhkan sesuatu yang bisa dijadikan pelampiasan kegrogiannya.

“Thanks ya Thom, gw liat lo kayaknya sering bantuin mas Rendy ya Tom” kali ini Andre memiringkan tubuhnya menghadap sepupunya.

“Hah! Maksudnya…” Thomas makin grogi, ditatap lekat bola mata Andre seperti itu, grogi dan takut kalau-kalau Andre mengetahui rahasia dia dan kakak sepupunya yang sama-sama cowok sudah bermain melebihi batas yang seharusnya.

“Yah bantuin mas Rendy, kayak tadi make pakaian, siapin pernikahan? Kayaknya aku sering lihat kamu di kamar mas Rendy” jelas Andre dengan senyum yang tidak dimengerti Thomas. Andre kembali membalikkan badannya ke arah monitor setelah sempat memandang geli kegrogian di wajah sepupunya yang lugu itu nampak kikuk, “muka sok lugu tapi binal lo” bisik Andre dalam hati.

“Oh. Nggak juga… Kan gw baru dateng dari Surabaya” jawab Thomas lega karena yang dimaksud Andre bukanlah hal selain itu.

“Yah maksud gw juga pas lo dah di sini Thom…” jelas Andre, neh anak lugu cupu ato oon seh.

“Ooooo…….. Hhmmm… Lumayan…” singkat jawab Thomas berusaha biasa aja.

“Berarti lo mau bantu gw juga dong.”

“Ya iyalah, lo kan sepupu gw.” jawab Thomas masih bingung tumben-tumbenan Andre nanya gini, tapi dia mengalihkan pandangannya ke tv menghindari tatapan Andre, Thomas selalu saja tak bisa menyembunyikan kegrogiannya saat harus berbohong.

“Thats my bro… Kalo gitu bantu gw dong sekarang, kayak lo bantu mas Rendy tadi…” kali ini nada Andre terdengar lebih serius membuat Thomas kembali menatap sepupunya yang masih duduk di kursi belajar meskipun badan Andre yang tanpa penutup sudah menghadap ke arahnya.

“Sekarang seh gw belum butuh bantuan lo buat make jas pengantin yang ribet itu, tapi gw butuh bantuan lo yang laen…” ujar Andre membenahi posisi kaca mata minus yang daritadi bertengger di hidung mancungnya.

“Maksud lo?” tanya Thomas makin kaget.

“Masak lo gak ngerti maksud gw?”

“Ya… Gimana gw ngerti kalo lo gak jelasin…” jawab Tomas pura-pura o’on.

“Maksud gw buat maenin KONTOL gw Tom… Kayak lo maenin KONTOL mas Rendy tadi…” penjelasan Andre yang sengaja memberikan tekanan pada kata KONTOL membuat Thomas sontak terperanjat.

“Gw tau kok gimana lo tadi bantuin mas Rendy, lo ngisep kontol mas Rendy, lo ngesex ma mas Rendy” jelas Andre lagi dengan tetap bernada santai.

Andre berjalan gontai menghampirinya, Thomas masih bingung darimana sepupunya itu tau apa yang dia lakukan dengan kakak sepupunya, juga bingung kenapa tubuh Andre yang hampir telanjang jadi nampak nafsuin padahal bukan ini kali pertama dia melihat badan sepupunya, bahkan dia juga pernah melihat Andre hanya mengenakan celana dalam segitiga saat berganti pakaian dan tak ada desir birahi di dadanya.

“Gila lo… Sok tau… Eh..” gurauan garing Thomas berusaha mencairkan suasana dan berharap Andre tertawa sambil berteriak “GOCHA!!”, tapi tak urung jantungnya berdegup kencang dan matanya begitu berat dialihkan dari bonggolan di balik bokser longgar yang menunjuk tepat ke arahnya, tegak lurus hingga kain biru sebatas pangkal paha bergambar lambang Superman membentuk sebuah tenda.

“Perlu gw jelasin apa aja yang gw liat?” tantang Andre, melepaskan kaca mata dan selangkah mendekat meletakkan di atas meja kecil sebelah ranjang. Tenggorokan Thomas serasa tercekat, sebagian karena takut dan malu rahasianya dipergoki Andre, sebagian karena selangkangan Andre kini makin dekat dengan matanya, bahkan dia bisa menghirup aroma tubuh Andre yang jantan.

“Gw liat… Kalian ngentot…” sambung Andre, melihat Thomas hanya menatapnya tanpa suara maka Andre pun kembali melanjutkan penjelasannya, dengan sengaja tangan kanan Andre mengusap-usap perutnya sendiri.

“Dari belakang, mas Rendy masukin KONTOLnya ke PANTAT lo… Ngentotin sampe SPERMAnya muncrat di pantat lo…” jelas Andre dengan tekanan di beberapa bagian yang diyakininya akan makin memancing birahi Thomas.

Memperinci apa yang dilihatnya pagi tadi membuat bayangan keliaran kontol besar kakaknya merojok pantat sempit sepupunya semakin jelas terproyeksi dalam benak remaja tanggung ini. Kontolnya terasa semakin membengkak, suaranya makin bergetar, dan Thomas masih tetap diam menatap matanya, sesekali mencuri pandang ke arah selangkangnya.

“Da.. Darimana lo tau…” tanya Thomas terbata-bata.

“Hehe… Tenang aja Thom, semua bakal jadi rahasia kita bertiga kok. Kitakan sodara seperti yang lo bilang, emang kudu saling ngebantu…” ujar Andre tersenyum dan menyentuh bahu sepupunya menenangkan Thomas yang mukanya mulai memerah jelas sekali horny tapi takut dan malu.

“Nah sekarang giliran lo bantuin gw Tom.” suara Andre terdengar bergetar penuh nafsu, bola matanya memberi isarat pada Thomas.

Mata Thomas pun menangkap kode sepupunya, mengarahkan pandangannya ke selangkangan Andre dan terpaku menatap bonggolan di balik bokser yang menggunung.

“Tapi gw juga gak maksa kalo lo gak mau bantu gw…” Andre membalikkan badan pura-pura hendak kembali ke meja pc nya, tapi sebelum melangkah…

“Ndre…” Thomas memanggilnya, meskipun tak terlalu jelas dan diikuti deheman karena tenggorokan Thomas yang kering. Ternyata benar dugaan Andre, Thomas tak akan membiarkannya pergi.

“Gw mau…. bantu lo…” lanjut Thomas setelah Andre kembali membalikkan badan ke arahnya, kali ini suaranya bergetar tapi lebih jelas terdengar dan diikuti dengan senyuman.

Andre membalasnya dengan senyuman dan melangkah lebih mendekati sepupunya, sengaja mengkedutkan otot panggulnya membuat kontol dalam boksernya mengangguk-angguk. Thomas lega ternyata Andre juga tertarik buat mencoba hal baru yg sudah lebih dulu dia rasakan dan ini berarti rahasianya akan tetap aman, yang paling penting dia bisa merasakan tubuh Andre yang gak kalah nafsuin dibanding Rendy. Thomas girang melihat kelakuan nakal sepupunya sekaligus merasa terundang oleh panggilan kontol Andre, Thomas menegakkan punggungnya dan mengulurkan tangannya meraih onggokan yang menonggak bokser Andre.

“Eeeehhhhh…..” genggaman tangan Thomas di kontolnya membuat Andre mendesah lega.

Mukanya mendongak menikmati tangan sepupunya yang tak hanya menggenggam tapi juga meremas dan mengocok lembut kontolnya yang sudah menegang sedari tadi, kain bokser tepat di bagian ujung kontolnya mulai basah tanda precumnya telah meleleh, bibirnya tersenyum cabul ketika matanya bertemu dengan mata Thomas. Tangan Thomas pun semakin berani, menyusup ke dalam bokser Andre melalui lobang paha. Sekarang Thomas bisa merasakan langsung hangatnya kontol Andre yang berdenyut saat tangannya menggenggam dan kembali mengocoknya. Andre merasakan hal yang sama, genggaman tangan Thomas terasa hangat meremas kontolnya. Seperti biasanya mendadak tubuh Andre terasa gerah,suhu tubuhnya selalu meningkat saat dia merasa horny meskipun ac di dalam kamarnya menghembuskan hawa yang sejuk, titik-titik keringat muncul dari pori-pori kulitnya membuat tubuhnya berkilat. Tak sabar lagi Thomas menarik bokser Andre hingga terjatuh di lantai melengkapi ketelanjangannya.

Thomas terpana menatap area yang selalu ditutupi Andre, tangannya menjamah kantung yang menggantung di antara pangkal paha Andre, di permukaan kulit berkerut itu tumbuh bulu-bulu halus yang tipis tetapi tumbuh lebih lebat di pangkal kontol kemudian berbaris menggaris ke pusar Andre.

“Bentuknya sama…” celetuk Thomas.

“Sama kontol mas Rend? Sampe hapal bentuknya lo Thom…” goda Andre yang dijawab Thomas dengan cengiran.

Kontol sebentuk pisang yang panjang melengkung ke atas mengingatkan Thomas ke kontol kakak sepupunya yang sudah lebih dulu dia nikmati, lebih tepatnya kontol pertama yang menyentuh lidah, bibir dan juga pantatnya. Tentu saja kontol Rendy lebih besar karena usianya yang jauh di atas Andre, tapi memiliki bentuk yang sama, melengkung ke atas dengan kepala kontol bulat dan sama besar dengan batangnya. Setetes cairan bening menggantung di ujung kontol Andre yang langsung disambar lidah Thomas, disusul dengan jilatannya di kepala kontol Andre.

“Jilatin Thom…… Isep kontol gw… Oooohhh……” nafsu Andre makin terbakar menatap sepupunya membuka mulut dan melahap kontolnya.

Diserahin kontol seperti itu Thomas pun langsung menangkupkan bibirnya di batang kejantanan sepupunya yang meskipun masih SMP tapi urat-urat sudah nampak meramaikan batang penisnya. Penuh nafsu Thomas menggosok tonggak kejantanan Andre dengan bibirnya, lidahnya dileletkan mengelilingi kepala kontol sepupunya, mengilik bibir mungil di ujung kontol Andre merasakan segarnya precum yang mengalir.

“Oooohhh Thom… Oooohhh…. Sedottttt………. Aaaaahhh….” Andre meracau mendorong kontolnya.

Melihat Andre keenakan merasakan mulut Thomas yang hangat dan basah, di dalam mulut sepupunya itu Andre juga merasakan kontolnya dibelai lidah Thomas yang kenyal, Thomas pun makin semangat, tangannya menjamah paha Andre yang berdiri mengangkang dan satu lagi meremas-remas pelir Andre yang menggantung ketat, pipinya hingga mengempot menyedot kuat sekaligus melumat kontol Andre yang bergerak keluar masuk menggesek bibirnya, Thomas bahkan menelan seluruh batang kejantanan Andre hingga jembut yang tumbuh subur di pangkal tugu menggesek bibirnya.

“Hooh Fuck… Jago banget mulut lo Thom… Lo dah seringkah…” saking enaknya Andre sampe gak kuat dan menarik kontolnya dari mulut Thomas, bukan karena mau ngecrot tapi mulut dan lidah Thomas membuat kontolnya ngilu sekalipus nikmat, mengalahkan sedotan waria beberapa malam yang lalu.

“Enak aja lo… Baru kemaren pas di sini sama mas Rendy kok…” bela Thomas melawan tudahan Andre, tapi dalam hatinya terbersit rasa senang dipuji Andre.

Tangan Thomas masih mengocok kontol Andre saat dia berdiri dan mendekatkan bibirnya ke bibir Andre, sejenak Andre mengacuhkan bibir tipis Thomas yang sedikit terbuka hanya beberapa cm dari bibirnya. Thomas terus mengocok kontol Andre yang licin penuh ludah sambil menatap lekat mata Andre seolah mengirimkan hipnotis menyingkirkan rasa jengah di benak Andre menggantinya dengan bara birahi yang membakar nafsu Andre.

“Eeehhh… Mmmmm…..”

Tak peduli lagi bibir yang tersaji milik sepupunya bahkan tak peduli itu milik cowok sama seperti dirinya Andre langsung memagut bibir Thomas dengan ganas, menjulurkan lidahnya mengundang lidah Thomas yang langsung menggulat, bergantian 2 sepupu yang masih duduk di bangku SMP saling menghisap lidah dalam mulut mereka, bahkan lumatan mereka juga melebar ke pipi, leher dan telinga.

“Ssshhhh… Mmmmm….. Eeeehhh…” Nafas mereka saling memburu dalam bibir yang saling mengunci.

Tangan Andre meremas kontol Thomas yang tegang di dalam celana hawai.

“Isep lagi dong kontol gw Thom…” ucap Andre sembari menelentangkan badannya di atas ranjang.

Thomas tak langsung memenuhi permintaan sepupunya, tubuh telanjang Andre yang padat begitu menggodanya. Segera di lepaskan kaosnya dan menindih tubuh Andre, kembali diserangnya bibir Andre. Thomas menirukan apa yang dulu dilakukan Rendy, bibirnya bergerak ke sisi kepala Andre dan melumat daun telinga kemudian menciumi lehernya sementara kontolnya yang masih terbungkus bokser menekan menggesek kontol telanjang Andre, 2 kontol yang tegang membengkak saling beradu membagi kenikmatan. Bagai cacing kepanasan, badan Andre menggeliat tak tentu arah, hampir tak percaya cumbuan sepupunya yang nampak cupu itu begitu ganas membuat Andre geli sekaligus nikmat membutnya kelojotan. Hembusan nafas panas Thomas membuat bulu-bulunya merinding, dirangkul sepupunya yang menindihnya, tangannya menggosok punggung Thomas dan perlahan turun meremas pantatnya. Agar seimbang, Andre berusaha menurunkan bokser Thomas dibantu dengan kakinya dan juga tangan Thomas hingga kain penghalang itupun lolos dari kedua kaki Thomas. Sekarang seluruh kulit mereka langsung bersentuhan, keringat yang mengucur membuat sekujur tubuh mereka licin bergesekan, cairan bening dari ujung kontol mereka melelehi kulit yang menghimpitnya.

“Haahhh… Gila Thom.. Enak banget… Pinter banget lo…. Ooooohhhhhhhhhh…………..” ucap Andre di antara nafasnya yang tersengal.

“Niru mas Rendy…” jawab Thomas singkat.

Dikerjai Thomas yang mempraktekkan perlakuan kakak kandunya saja Andre megap-megap apa lagi kalau dikerjai Rendy yang sudah cumlaude urusan sex, Andre tak bisa membayangkan gimana enaknya. Thomas tengah asik mencumbu dada Andre, menjilati puting sepupunya yang sudah melenting, menggigiti dengan bibirnya sementara tangannya yang lain memelintir mempermainkan puting Andre yang satu lagi.

Andre yang biasa berkutat dengan buku terus mendesah nikmat, baru pertama dijadikan obyek praktek sepupunya sendiri, bahkan sama ceweknya sendiripun hubungan intim paling jauh yang sudah dilakukan tak lebih sebatas french kiss dan batas itu telah didobrak oleh sepupunya sendiri yang seusia dengannya, tanpa peduli yang menggaulinya berjenis kelamin sama dengannya justru Andre sendiri yang dengan sengaja bahkan penuh nafsu menyerahkan dirinya. Tangannya mengacak-acak rambut Thomas yang mulai bergulir turun ke perutnya hingga akhirnya sampai ke onggokan tugu yang berdiri kokoh.

“Aahhh Yeeahhh…”

Andre tak menduga ternyata sepupunya melewatkan batang zakarnya, dan tak menduga juga kalau kanton zakarnyalah yang menjadi titik serang Thomas. Kantong keriput yg ditumbuhi bulu-bulu halus dan keriting itu mebelai dengan lidahnya, menjilat-jilat menyapu kantong zakar ketat milik sepupunya. Andre secara reflek membuka pahanya makin lebar, memberi akses Thomas yang mulai memasukkan salah satu bola zakarnya.

“Thommm…. Uuuhhhh….”

Tubuh Andre kelojotan, tak disangka ternyata zakarnya bisa memberi kenikmatan, biasanya cuman penisnya aja yang diservis tangannya pas dia horny sambil melihat bokep, meskipun jilat pelir sering dia lihat di adegan bokep tapi dia gak nyangka pelirnya bisa kasih dia kenikmatan yang gak kalah dari penisnya. Bergantian Andre merasakan pelirnya satu persatu dikenyot mulut Thomas, kontolnya juga tak lepas dari remasan tangan Thomas memerah precum yang melicini kocokan kontolnya.

“Hoohhh… 69 Ndre…” Ucap Thomas seraya memutar badannya tanpa menunggu persetujuan Andre.

Rupanya Thomas juga ingin merasakan nikmat yang sama, seketika Andre mencium aroma kejantanan begitu selangkang Thomas mengangkangi kepalanya, tepat di atas muka Andre kontol Thomas nampak bengkak dan tegang bergelantungan di antara paha yang mengangkanginya, seperti sebuah tongkat kayu dengan uliran urat, semak-semak hitam tumbuh di dasar dan sebentuk cendawan di ujung mengarah tepat ke wajahnya. Andre menggenggam kontol Thomas dan mulai meremas-remasnya, masih ada rasa risih meskipun nafsu sudah membakar tubuhnya tapi harus menghisap kontol masih terasa aneh buatnya. Bahkan menggenggam kontol orang lain aja baru kali ini dia lakukan dan rasanya begitu berbeda dengan saat dia menggenggam kontolnya sendiri, aliran darahnya seolah berkumpul di genggaman membuat telapak kanannya terasa semakin sensitif merasakan kontol sepupunya yang terasa hidup, begitu hangat dan berdenyut-denyut.

Di bawah sana kembali kontol Andre merasakan jilatan lidah sepupunya sebelum akhirnya dimasukkan ke dalam mulut dan dihisapnya kuat-kuat, kepala Thomas bergerak naik turun di atas selangkangannya. Kaki Andre sampai menegang saking nikmatnya dan pahanya yang berkeringat diraba liar tangan Thomas sementara tangan Andre menahan kepala Thomas saat pinggulnya menghentak naik turun mengentot mulut Thomas, berulang kali Thomas kualahan tersedak keliaran kontol Andre, liurnya sudah tumpah ruah membasahi rambut kemaluan Andre yang tumbuh mulai lebat, juga zakar dan selangkangan Andre yang tak luput dari jelajahan tangan Thomas.

Dalam hatinya terbesit gimana bisa Thomas tak bosan-bosan menservisnya bahkan makin beringas mengenyot kontolnya, akhirnya Andre tersentil juga ingin mencoba membalas servis sepupunya. Tiba-tiba setetes precum Thomas mendarat di pipinya, seperti bensin yang setetes saja mampu membakar hutan, precum Thomas juga membuat darah dalam tubuh Andre mendidih, genggam Andre mengarahkan kontol Thomas mendekati bibirnya yang terbuka, menjulurkan lidahnya menyentuh kontol Thomas,
seperti mencoba rasa masakan, lidah Andre menyentuh kontol Thomas, setelah yakin tak ada rasa mual baru Andre memasukkan batang kejantan sepupunya dan seketika mulutnya terasa penuh dengan bonggolan penis Thomas, dibiarkannya kontol sepupu seusianya mendekam dalam mulutnya, melesak lebih dalam hingga dia jembut Thomas yang subur menggelitik hidungnya.

“Yaaahhhhh… Ndre… Isep kontol gw…. Oooohhh…. Sedot Ndreee….”

Thomas merasakan sesuatu yang basah menyelimuti kontolnya, akhirnya sepupunya mau juga menservis kejantanannya, setelah tadi pagi bergumul dengan Rendy sebelum acara pemberkatan perkawinan, malam ini dia bergaul dengan Andre setelah acara pernikahan selesei, dalam waktu kurang dari 24jam dia merasakan kebinalan kakak beradik yang masih sepupuan dengannya, betapa beruntungnya Thomas.
Sementara kenikmatan tak henti membakar, Andre mulai merasakan sensasi kontol Thomas menggesek bibirnya lidahnyapun ikut mengambil bagian menjilat bergulat dengan batang kejantanan Thomas yang menyumpal mulutnya, tetesan precum yang segar menggoda Andre untuk menyedot lebih dalam dibantu dengan tangannya yang meremas buah zakar Thomas membuat kucuran cairan bening segar menetes semakin deras. Seperti halnya Andre yang menghentakkan pinggulnya ke mulut sepupunya, Thomas pun menggoyang lembut kontolnya di dalam mulut Andre.

“Hmmmm… Mmmm….”

Erang kenikmatan mereka tersumbat, tubuh kedua sepupu berkilat karena kucuran keringat saling bertindihan menggoyang pinggul mengentot mulut lawan mainnya.

Dari bawah sini mata Andre menangkap garis bulu-bulu halus tumbuh dari pangkal buah zakar hingga menghilang di belahan pantat Thomas yang membulat, diremasnya pipi pantat Thomas yang kenyal dan dikuaknya membuka persembunyian goa mungil. Dengan ujung jarinya, Andre membelai kerutan di sekeliling pintu goa dan lubang senggama Thomas yang seketika berkedut mengundang.

“Uuuuhhh… Ndre…”

Andre tak percaya lubang sempit di antara belahan pantat Thomas mampu menerima rojokan kontol kakak kandungnya yang besar, perlahan ditembusnya bibir mungil pantat Thomas dengan jari telunjuknya yang malah membuat Thomas makin liar menyedot kontolnya.
Telunjuk yang sudah dibasahi dengan ludahnyapun didorong lagi lebih dalam dan erangan Thomas terdengar makin keras. Sambil mulutnya terus melayani kontol Thomas, jari Andre juga terus melesak ke dalam lubang pantat Thomas. Membenamkan jarinya ke dalam anusnya sendiri saja Andre belum pernah, sekarang malah jarinya ditembuskan menjelajahi rongga anus sepupu prianya, saat itu juga Andre menemukan bahwa permukaan rongga dalam pantat ternyata tidak rata tapi bergelombang, setiap Andre menekan dinding lembut itu Thomas langsung mengerang, terlebih saat Andre menekan sebuah lobang yang baru saja ditemukan ujung jarinya, tubuh sepupu prianya mendadak mengejang dan precumnya makin mengucuri lidahnya, Andre jadi makin bersemangat mengeksplorasi ruang gelap dalam pantat sepupunya, bahkan jari keduanya mulai ikut menyusul melakukan penjelajahan.

Desahan Thomas yang tanpa jedah membuat Andre semakin penasaran, kalau Thomas kesakitan pasti dia akan melarang Andre untuk meneruskan rojokan jari tengah dan telunjuknya, kalau bukan kesakitan pasti keenakan. Sesekali Thomas mendongakkan kepalanya dan melenguh nikmat, badannya menegang, tak rela kehilangan sedotan mulut Thomas, tangan Andre meraih kepala sepupunya dan menekannya kembali ke kontolnya.

Bosan terus berada di bawah tubuh Thomas, Andre pun membalik posisi mereka, sekarang dia ada di atas tubuh Thomas yang membuatnya lebih leluasa bergerak. Ditariknya kedua paha Thomas hingga mengangkang dan mulutnya langsung menyerang pelir Thomas, menjilatinya segaligus mengucurkan ludahnya membasahi kantung zakar Thomas yang menegang ketat dan terus turun ke belahan pantat Thomas.

Sekarang giliran Thomas yang dibawah tindihan Andre membuat dia tak punya pilihan selain menerima jejalan kontol Andre, matanya mengerjap bola zakarnya dimainkan mulut Andre, rongga dalam pantatnya juga terasa nikmat dijelajahi jari Andre, liur yang diludahkan Andre menjadi pelicin pacuan 2 jari yang merojok anusnya semakin cepat, kaki Thomas yang melayang di atas tubuhnya sampai menegang. Desah kenikmatannya terbungkam dan kontol Andre terus berayun membuatnya makin susah bernafas.

Seperti mendapatkan mainan baru, sekarang Andre lebih doyan mempermainkan pelir dan anusnya, tapi kontol Thomas yang terabaikan tetap juga keras dan kaku, bahkan precumnya juga tak berhenti menetes. Semakin Thomas mengerang semakin cepat pula rojokan jari-jari Andre, semakin kuat Thomas meyedot dan melumat kontolnya semakin kuat juga dia menyedot dan melumat zakar Thomas. 2 tubuh abg SMP berkeringat dan bertindihan, sama-sama tak henti mendesah dan kelojotan.

“Haaahhh…. Anjrit lo Ndre…. Oooohhh…” desah Thomas begitu berhasil mengeluarkan kontol Andre dari mulutnya.

Sambil tersenyum mesum, Andre mendekatkan bibirnya ke bibir Thomas, lidahnya menjulur dan langsung dibalas Thomas, lidah mereka bertemu di luar bibir dan kemudian saling menyerang, bergulat saling melilit bersamaan dengan gulatan tubuh licin mereka, saling menekan menggesekkan kontol mereka yang keras membengkak, keringat bercampur ludah di batang kejantanan mereka membuat himpitan terasa semakin nikmat, meskipun nafas mereka saling memburu tapi mulut mereka tetap saling mengunci.

Thomas mengajak Andre untuk terbaring miring, mengangkat salah satu kakinya hingga mengangkat, memberi ruang bagi jari Andre yang tetap bergerak keluar masuk menembus anusnya. Thomas kembali merasakan kontolnya basah sekaligus hangat, rupanya Andre juga kembali keranjingan melihat kontol Thomas yang langsung dilumat dengan mulutnya. Thomas pun sekarang lebih leluasa melayani selangkangan sepupunya, kepala dan lidahnya berputar-putar mengusap setiap bagian kontol Andre yang terbenam dalam mulutnya.

“Yeahhh…. Hmmmm…”

Bertindihan ataupun miring, gaya 69 memang terbukti posisi sempurna untuk membagi kenikmatan, saling memberikan kontol untuk dihisap dan menyerahkan mulut untuk menghisap.

Nafsu benar-benar telah membakar dua abg yang masih sepupuan, keringat mereka membanjiri kain sprey yang sudah acak-acakan, suara televisi menjadi pengabur desah dan lenguhan mereka, aroma peluh yang jantan tak membuat mereka muak bahkan semakin membakar gairah mereka. Bergulat saling melumat batang zakar, kantong pelir dan semua bagian tubuh yang terjangkau, tangan merekapun saling meremas permukaan tubuh yang terjamah.

Sambil meremas-remas pelir Andre, Thomas terus mengatupkan bibirnya di batang kontol Andre, menyedot-nyedot precum langsung dari kontol sambil lidahnya melilit dan melumat kepala kontol dalam mulutnya.

Kepala Andre bergerak seirama 2 jarinya yang keluar masuk menggesek lorong anus Thomas, sesekali dibenamkan semua batang kontol ke dalam mulutnya yang terasa hangat dan nikmat senikmat 2 jarinya yang terbenam diam mengorek dinding-dinding rongga anus sepupunya, sesekali juga kepala kontol dalam mulutnya dilumat dengan lidah saat 2 jarinya bergerak cepat merojok pantat Thomas hingga memaku-maku prostatnya.

“Yeeahhh…. Terus… Yang cepet… Yang dalem… Terus Isep… Yeaaahhh… Kamu pinter banget… Hhmmm…. Sedot kontolku Ndre… Oooohhhhhh….” lenguh Thomas yang akhirnya kembali memasukkan kontol Andre dalam mulutnya.

Mereka berdua semakin bersemangat bekerja sama saling memberi kenikmatan, tangan mereka yang terbebas juga terus menggerayangi, saling menyerang hingga mendesah dan menggelinjang.
Andre merasakan anus Thomas semakin menggigit rojokan jarinya.

Tak menyadari Thomas sudah di ambang klimaks, Andre semakin mempergencar serangannya, Thomas merasakan sedotan di kontolnya semakin kuat, jari-jari di anus pun semakin cepat dan keras menghentak.

“HHHHMMMM…. OOOORRRGGGGGHHHHHHH….. EEEEEERRRGGGGGHHHHHHH….. Ndreee… OOOOHHHH…….. AAAAARRRRGGGGG…..”

Karena tak berpengalaman, Andre tak bisa menangkap tanda-tanda orgasme Thomas, sperma Thomas yang menembak deras di dalam mulutnya membuat Andre terkejut dan langsung melepaskan kontolnya, terlambat untuk menghindar akhirnya Andre hanya bisa menutup kedua mata dan mulutnya, merelakan sperma Thomas terus berlanjut menyembur-nyembur mukanya.

“Setan lo Thom, kasih tau dong kalo muncrat…” protes Andre meludahkan sperma Thomas ke kasur tempatnya terbaring miring di samping sepupunya yang masih menggelepar menyeleseikan sisa orgasmenya.

“Sorry… Gw gak sempet… Hihi…. Sedotan lo dahsyat banget Ndre..” jawab Thomas terputus-putus berusaha menangkap oksigen yang mendadak terasa hilang.

“Tanggung jawab lo!!…” sungut Andre.

Andre merasakan wajahnya hangat belepotan sperma Thomas, aromanya yang khas sempat membuat Andre sedikit mual, begitu juga sperma Thomas yang sempat tertelan meskipun tak banyak. Tapi mualnya mendadak saja hilang berganti dengan sensasi untuk segera menyusul orgasme Thomas. Gairah Andre semakin meningkat saat dia melihat wajah aktor bokep ejakulasi di depan muka aktrisnya, wajah cantik yg penuh dengan sperma benar-benar nafsuin. Membayangkan bagaimana mukanya sekarang penuh dengan sperma membuatnya merasakan sensasi baru yang nikmat dan menggairahkan.

Sebelum Thomas sempat bergerak, Andre sudah mengangkat kepala Thomas dan mengarahkan ke dalam kontolnya, tanpa memberi waktu buat sepupunya yang lemas paska orgasme, Andre memegang menahan kepala Thomas dan menghentakkan pinggulnya ke atas mengentot mulut Thomas yang kualahan.

“Sedot Thom…. Isep kontolku… Oooohhhh…..” racau Andre.

Kedua tangannya beralih mencubiti dan memilin putingnya sendiri, membiarkan Thomas berbuat sesuka hatinya mempermainkan kontolnya, menjilati dari pelir naik ke kepala penisnya dari semua sisi batang besar yang dihiasi bilur urat-urat halus kemudian menghisap kuat-kuat persedian precum Andre yang tak pernah kering, bukan hanya cairan kental bening yang segar tapi Thomas menginginkan lebih dari itu, Thomas ingin merasakan sperma sepupunya dan mulutnya terus menyedot kuat.

Andre tahu keinginan Thomas dan tentu saja tak akan semudah itu karena Andre menahan kuat laju spermanya, memang Andre juga tak sabar meraih sorga orgasme tapi dia masih belum puas menikmati kebinalan bibir sepupunya, keringat semakin membasahi tubuhnya dan sekarang tak mempermasalahkan lagi genangan sperma yang membasahi mukanya. Bahkan jarinya mengambil sperma yang disemburkan Thomas ke mukanya dan lidahnya menjulur menjilatinya.

“Uuuhhhh…. Thom… Ssshhh… Eeeehhhh… Enak banget… Yaaahhhh…. Sedot Thom…. Gitu…. Oooohhh…” racau Andre semakin menggila sambil meremas-remas sendiri putingnya.

Kontolnya yang terperangkap di dalam mulut sepupunya muncul menghilang, matanya menatap Thomas penuh nafsu dan Thomas membalasnya dengan senyuman sambil terus menggoyang mulutnya, bukan hanya menjilat tapi bibir Thomas juga mengocok menghisap dan memerah dalam waktu bersamaan, memompa spermanya terpacu keluar.

“OOOORRRGGGGGHHHHHHH……… AAAAAAAAARRRGGGGGHHHHHHH….
.”

Kontolnya yang semakin membengkak langsung dihempaskannya dalam-dalam, Andre sengaja tak memberitahu Thomas bahwa dia hendak mencapai klimaks untuk membalas kelakuan Thomas yang tanpa peringatan ngecrot dalam mulutnya, tapi sialnya (atau untungnya) saat disembur sperma, mulut dan lidah Thomas malah makin binal dan liar, menghisap dan menjilat, menampung dan menelan setiap sperma yang ditembakkan kontol Andre. Badan Andre kelojotan, tangannya mencengkram rambut Thomas dan menekannya ke bawah sementara kontolnya dihentaknya ke atas.

“Oooohhh…. Udah Thom…. Geli…. Hahahb…” protes Andre.

Ejakulasinya sudah selesai tapi Thomas terus saja menghisap dan melumatnya hingga kontol Andre yang makin sensitif lepas klimaks terasa ngilu, saat Andre berusaha menarik kontolnya Thomas malah menguatkan kuncian bibirnya, jadilah mereka bergulat di atas ranjang sambil tertawa riang dan saling memagut liar berbagi sperma dalam mulut mereka.